Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi mengambil alih pengelolaan Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, menandai sebuah babak baru yang akan mentransformasi institusi ini menjadi Universitas Muhammadiyah Indonesia. Seremoni alih kelola yang bersejarah ini bertepatan dengan kegiatan pengajian umum Maulid Nabi Muhammad SAW yang meriah di kampus tersebut, menjadi simbol semangat pembaharuan dan peningkatan.
Visi Strategis untuk Pendidikan Tinggi Indonesia
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa perubahan nama dan alih kelola Unisma Bekasi menjadi Universitas Muhammadiyah Indonesia bukan sekadar pergantian identitas, melainkan upaya strategis untuk memperluas kontribusi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan tinggi di kancah nasional maupun internasional. Dalam sambutannya di Bekasi, pada hari Selasa, Haedar Nashir menyampaikan visi yang ambisius dan inspiratif: “Dari Bekasi untuk Indonesia, kemudian mendunia.” Beliau menjelaskan bahwa di balik nama baru tersebut tersimpan spirit kuat untuk mentransformasikan kemajuan, menjadikannya kekuatan penyangga bangsa dalam kehidupan bernegara. Lebih lanjut, dari Indonesia, cita-cita besar adalah merambah dunia dalam rangka berperan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin bagi dunia.
Pilar-Pilar Kekuatan Bangsa di Masa Depan
Haedar Nashir menguraikan tiga pilar utama yang harus diemban oleh Universitas Muhammadiyah Indonesia ke depan sebagai fondasi kemajuan. Pertama, kampus ini harus terus mampu menjadi pusat pendidikan dan pembinaan bagi sumber daya manusia Indonesia yang berkarakter akhlak mulia, serta menguasai ilmu dan teknologi. Tujuan ini krusial untuk melahirkan generasi yang akan menjadi kekuatan bangsa di masa depan. Kedua, perguruan tinggi ini juga harus tetap menjadi pusat riset. Indonesia masih sangat memerlukan beragam riset yang bersifat saat ini maupun masa depan, termasuk riset mendalam mengenai kekayaan sumber daya alam sebagai pijakan kokoh dalam memajukan Indonesia. Ketiga, menyangkut pengabdian pada masyarakat. Bangsa kita adalah bangsa yang gotong royong, bangsa yang punya semangat Bhinneka Tunggal Ika, bangsa yang satu sama lain sudah melebur menjadi satu. Namun, perlu terus diedukasi agar dalam relasi-relasi sosial itu tetap tumbuh persatuan dan semangat kebersamaan.
Jejak Kebaikan dan Amal Syariah yang Berkelanjutan
Ketua PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy, menambahkan bahwa Unisma Bekasi bukanlah institusi yang asing bagi Muhammadiyah. Beliau menjelaskan bahwa perjalanan kampus ini sejak awal sudah melibatkan Guru Besar dari Universitas Muhammadiyah Malang maupun Universitas Muhammadiyah Jakarta yang pernah menjabat sebagai Rektor Unisma Bekasi. “Karena itu, kalau sekarang ini kok dialihkelolakan ke Muhammadiyah, itu sudah seharusnya,” ujar Muhadjir Effendy, menegaskan bahwa Muhammadiyah sejak dini telah menorehkan jejak-jejak kebaikan di Universitas Islam Bekasi ini.
Muhadjir Effendy meminta segenap pengelola kampus, termasuk para pengurus Muhammadiyah di Bekasi, untuk terus mendampingi, bekerja sama, serta mendukung kemajuan Universitas Muhammadiyah Indonesia. Beliau memandang alih kelola ini sebagai bagian dari “amal syariah yang tidak akan terputus dari generasi ke generasi.” Dengan demikian, alih kelola kepada Muhammadiyah diharapkan akan memastikan keberlangsungan dan pertumbuhan kebaikan yang terus mengalir, sebagaimana harapan yang mendalam untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
Semangat Transformasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Fauzan, turut memberikan apresiasi tinggi terhadap momentum penting ini. Ia mengatakan tema besar yang disuguhkan hari ini adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan semangat transformasi kelahiran Rasulullah yang secara institusional diwujudkan pemangku Universitas Muhammadiyah Indonesia melalui alih kelola. Fauzan menyatakan bahwa semangat transformasi ini merupakan sebuah niat baik yang sekaligus satu visi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), yaitu melahirkan kampus berdampak positif bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut Fauzan, momentum ini bukan kebetulan, tetapi harus dimaknai sebagai ikhtiar dalam rangka menjadikan satu institusi ini lebih baik dan lebih bermakna sebagaimana misi yang dikembangkan oleh Rasulullah, yaitu menyempurnakan. Jadi, lanjutnya, apa yang dilakukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam konteks mengambil alih Unisma Bekasi adalah dalam rangka menyempurnakan kebermaknaan perguruan tinggi ini. “Selamat kepada Persyarikatan Muhammadiyah yang telah berniat untuk menjadikan Unisma Bekasi ini menjadi perguruan tinggi yang tidak hanya sekadar didengar, tetapi juga menjadi rujukan baik nasional maupun internasional,” pungkas Fauzan, memberikan semangat dan harapan besar bagi masa depan Universitas Muhammadiyah Indonesia.
Proses dan Harapan Masa Depan
Haedar Nashir juga menyampaikan bahwa tahapan menuju Universitas Muhammadiyah Indonesia saat ini sedang berjalan sesuai ketentuan yang berlaku hingga nanti diproses ke Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Dengan dukungan penuh dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta kolaborasi aktif dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, Universitas Muhammadiyah Indonesia diharapkan segera berdiri kokoh sebagai mercusuar pendidikan yang mencerahkan dan berkontribusi nyata bagi kemajuan Indonesia di pentas global. Transformasi ini bukan hanya perubahan nama, tetapi adalah janji akan masa depan pendidikan tinggi yang lebih unggul, inklusif, dan relevan, sesuai dengan semangat pencerahan Muhammadiyah.
INFOPAJAJARAN.COM
Dapatkan berita dan informasi terbaru dari kami
Ikuti Kami
© INFOPAJAJARAN.COM | Terima kasih atas dukungannya