![]() |
Foto : wonderfulimages.kemenparekraf.go.id |
INFOPAJAJARAN.COM – Majalaya, sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung, menyimpan cerita gemilang sebagai pusat industri tekstil yang pernah menyumbang 40% produksi kain nasional.
Kini, warisan tenun tradisionalnya yang khas perlahan terlupakan, meski jejak kejayaannya masih bisa ditelusuri.
Baca juga : Batik Cianjur: Mengenal Motif Beasan dan Warisan Budaya oleh Harry M Sastrakusumah
Zaman Keemasan Tenun Majalaya
Pada periode 1970-1990, Majalaya dijuluki "kota dollar" berkat:
- Kontribusi devisa dari ekspor tekstil
- Produksi mencapai 90.000 kodi/bulan
- Pasar ekspor ke Timur Tengah dan Afrika
Sentra industri tenun Majalaya bermula dari Desa Namicalung, tempat Abah Api memperkenalkan mesin tustel pada 1940-an yang mampu memangkas waktu produksi dari 2 minggu menjadi hanya 2-4 hari per lembar kain.
12 Motif Legendaris yang Hampir Punah
Tenun Majalaya pernah memiliki kekayaan motif yang menjadi ciri khas:
✓ Poleng Camat (motif kotak para pejabat)
✓ Poleng Totog dan Goyobod
✓ Samarindaan dan Palembangan
✓ Manggisan dan Kapiyur
Motif Poleng Camat paling terkenal, biasa dipakai kalangan elite setingkat camat pada masa kolonial.
Tantangan Pelestarian di Era Modern
Beberapa faktor menyebabkan kemunduran:
- Dominasi pemodal Tionghoa pada 1980-an
- Krisis bahan baku benang tahun 1987-1988
- Beralihnya produksi ke tekstil modern
- Hilangnya generasi penenun tradisional
Upaya Menghidupkan Kembali Warisan Budaya
Masyarakat Namicalung berinisiatif:
✔ Merestorasi alat tenun tradisional
✔ Mengadakan pelatihan untuk generasi muda
✔ Mendokumentasikan motif-motif klasik
Baca juga : Batik Garut: Menelusuri Jejak Sejarah dan Keindahan Motif Khas Sunda
Dukungan pemerintah dinantikan untuk menyelamatkan warisan yang pernah menjadi kebanggaan nasional ini.
Ikuti perkembangan budaya Jawa Barat lainnya melalui Facebook Infopajajaran, Telegram Infopajajaran, dan Twitter Infopajajaran. Dukung pelestarian tenun tradisional dengan berdonasi via DANA.***