![]() |
Stasion Buitenzorg, 1880. (Foto : poestahadepok.blogspot.com) |
INFOPAJAJARAN.COM – Pembangunan jalur kereta api di Jawa Barat pada masa Hindia Belanda menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah transportasi Indonesia.
Proyek ini tidak hanya memudahkan mobilitas, tetapi juga mempercepat pengiriman hasil perkebunan ke pelabuhan untuk diekspor.
Baca juga : Sejarah Kereta Api Padalarang-Nagreg: Jejak Transportasi Priangan dari Masa Kolonial
Latar Belakang Pembangunan
Pemerintah Hindia Belanda memulai pembangunan rel kereta api di Jawa Barat pada abad ke-19, terutama untuk mendukung industri perkebunan.
Komoditas seperti teh, kopi, dan kina dari daerah Priangan (Bandung, Garut, dan sekitarnya) membutuhkan sarana transportasi yang cepat dan efisien.
Jalur Pertama: Batavia (Jakarta) – Buitenzorg (Bogor)
Pembangunan dimulai dengan jalur Batavia–Buitenzorg pada 1871, yang diresmikan pada 31 Januari 1873.
Jalur ini menjadi cikal bakal jaringan kereta api di Jawa Barat. Keberhasilannya mendorong perluasan ke wilayah lain.
Perluasan ke Bandung dan Daerah Priangan
Pada 1884, jalur diperpanjang hingga Bandung, yang saat itu menjadi pusat perkebunan teh.
Pembangunan terus berlanjut ke Cicalengka (1884), Garut (1889), dan Tasikmalaya (1893).
Jalur ini menghubungkan daerah subur di Priangan dengan pelabuhan Tanjung Priok untuk ekspor.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Kehadiran kereta api mempercepat distribusi hasil bumi, meningkatkan nilai ekonomi komoditas perkebunan.
Baca juga : Jalur Kereta Api Jawa Barat: Jejak Kolonial Hingga Transformasi Modern
Selain itu, kereta api juga memengaruhi perkembangan kota-kota di Jawa Barat, seperti Bandung, yang tumbuh menjadi pusat ekonomi dan budaya.
Ikuti perkembangan sejarah lokal Jawa Barat melalui Facebook Infopajajaran, Telegram Infopajajaran, dan Twitter Infopajajaran. Dukung pelestarian sejarah dengan donasi via DANA.***